Bagaimana Menyambut Kedatangan Bayi Yesus
" ... Jangan takut, aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." (Lukas 2:10-11)
Tidak pernah ada berita lain yang menimbulkan kegembiraan yang begitu membahagiakan sama seperti pernyataan lahirnya Kristus. Kitab Suci menuliskan bahwa nama-Nya akan disebut Imanuel (Matius 1:23), yang artinya Allah menyertai kita. Ini adalah inti dari pesan Natal bahwa Allah Yang Mahakuasa tinggal bersama kita.
Sungguh suatu kebenaran yang mulia! Ia yang telah menyingkapkan tabir kegelapan pada fajar penciptaan, Ia yang telah menempatkan bintang yang gemerlapan di langit, Ia yang telah menggerakkan matahari pada jalurnya, dan planet-planet pada orbitnya, Pencipta dan Penguasa yang kekal dari dunia ini - Dialah, menurut Alkitab, selalu menyertai kita; menyertai Anda dan saya. Ini satu-satunya keajaiban di dunia. Orang-orang yang terkemuka, terbaik, dan terpandai telah mengetahui dan mengalami kebenaran ini dalam pengalaman pribadi mereka.
Mengapa Kristus datang? Pernahkah Anda menanyakan pada diri sendiri? Kapan terakhir kali Anda memikirkannya?
Ia datang untuk menyelamatkan dunia. Untuk menebus dosa-dosa kita dan mengajar kita bagaimana hidup yang benar dan berkenan kepada Allah.
Kita yang mengasihi dan melayani Tuhan sudah menyadari bahwa pengajaran-Nya sangat praktis, pertolongan-Nya tak pernah gagal, dan nasihat serta petunjuk-Nya selalu menjadi sandaran kita. Kita mengikuti cara hidup-Nya karena menyadari kuasa-Nya setiap hari; meskipun begitu kadang-kadang kita bertanya-tanya mengapa hal ini tidak menyelesaikan semua persoalan yang ada.
Apakah itu karena kita melupakan tujuan kedatangan-Nya yang utama dan sesungguhnya? Untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita?
Orang-orang pada generasi kini tidak senang membicarakan dosa; ada orang yang bahkan menganggap dosa itu tidak ada. Jadi dosa harus disebut apa? Apakah cukup bila disebut pengalaman duniawi? Sebenarnya tidak tepat bila disebut begitu karena orang yang hidupnya penuh dosa tidaklah berpengalaman, ia sebenarnya orang yang bodoh. Berpengalaman menurut ukuran duniawi berarti bersikap bijaksana sesuai standar yang berlaku, sehingga Anda tidak terjerat oleh tipu daya dunia. Tetapi, orang berdosa yang mengira dirinya berpengalaman adalah orang-orang yang sudah terjerat. Jadi, apa masalah mereka yang sebenarnya? Mereka melakukan kesalahan dan mereka tidak dapat menghentikannya. Mereka mencoba untuk mencari- cari alasan.
Mencari alasan seperti itu dapat terjadi bila pikiran Anda mengatakan bahwa apa yang Anda lakukan tidak salah -- bertahun-tahun yang lalu memang salah, namun sekarang tidak lagi demikian. Setiap kali Anda berbuat salah, pikiran Anda selalu berusaha memberikan pembelaan. Pikiran Anda mengatakan, "Tunggu dalu, apa yang Anda lakukan itu sama sekali tidak salah; Anda sebenarnya orang yang sangat baik. Para pendeta ini sudah ketinggalan zaman - jangan percaya kepada mereka yang membicarakan dosa dan hal-hal semacam itu!" Kadang-kadang, begitulah cara pikiran kita bekerja.
Saya pernah mendengar seorang yang sangat bijak mengatakan sesuatu yang mengubah pikiran saya. Ia adalah rektor sebuah universitas yang banyak menulis buku. Ia mengamati bahwa "Pekerjaan setan yang paling licik ialah mempengaruhi orang supaya beranggapan setan itu tidak ada."
Kita percaya kepada Allah yang adalah roh. Kita percaya kita memiliki roh yang kekal. Kita mempercayai ajaran Alkitab. Tetapi, banyak di antara kita yang tidak menyadari kuasa roh jahat yang bekerja di tengah-tengah kita.
Setan? Dosa? Semua itu kuno, kekanak-kanakan, ketinggalan zaman! Dan sudah pasti tidak masuk akal.
Tetapi Kristus datang ke dunia ini untuk menyelamatkan manusia dari dosa -- untuk menebus dosa kita -- untuk menjadi Juruselamat kita.
Ya, kita memang hidup di dunia yang penuh dengan konflik dan kebencian - tetapi Allah menyertai kita. Kita tidak dapat menyelamatkan diri kita sendiri, tetapi di dalam Dia yang menyelamatkan, kita menaruh kepercayaan kita.
Apabila hari ini -- pada menit ini -- kita membuka hati kita dan menerima Dia dan pengajaran-Nya -- kita bukan saja memperoleh sukacita yang berlimpah, tetapi juga pengampunan atas dosa-dosa kita. Itulah sambutan yang paling hangat yang dapat kita berikan kepada bayi Yesus.
Diambil dari:
Judul buku | : | Kisah Nyata seputar Natal |
Judul artikel | : | Bagaimana Menyambut Kedatangan Bayi Yesus |
Penulis | : | Norman Vincent Peale |
Penerbit | : | Yayasan Kalam Kudus, Bandung 1998 |
Halaman | : | 17 -- 19 |
Dipublikasikan di: e-JEMMi 49/2004