Menanti bersama Hana
Kisah Hana adalah kisah tentang pembalikan yang luar biasa dari Allah.
Saya tidak tahu dengan Anda, tetapi saya merasa sulit untuk tidak mengambil tisu setiap kali mendengar atau membaca kisah Hana. Tidak lama setelah kita mengetahui nama Hana, kita mendengar kata-kata pedih, "tetapi Hana tidak mempunyai anak." Hana dikenal, setidaknya pada awalnya, bukan karena sesuatu yang ia miliki, tetapi karena sesuatu yang tidak ia miliki. Tidak ada bayi yang tumbuh, menendang, menggeliat, dan membalikkan badan di dalam rahimnya. Tidak ada bedong yang harus diganti. Tidak ada tangisan bayi yang harus ditenangkan. Tidak ada bayi yang menyusu di payudaranya. Hana tidak memiliki anak.
Tahun demi tahun, Elkana, suaminya, pergi bersama kedua istrinya, Penina dan Hana, ke Silo, tempat mempersembahkan kurban, tempat Yahweh berdiam di tengah-tengah umat-Nya. Namun, Hana tidak memiliki anak.
Tahun demi tahun, Elkana tetap mencintai istrinya, Hana, meskipun Tuhan telah menutup rahimnya. Hana akan menerima dua kali lipat dari makanan kurban, mungkin dari Pesta Pondok Daun di Perjanjian Lama, atau ziarah tahunan lainnya. Sebuah pertanda dari bagian dua kali lipat yang akan datang kepada Hana melalui belas kasihan Tuhan. Akan tetapi, Hana tidak memiliki anak.
Tahun demi tahun, Penina tidak pernah gagal untuk mengingatkan Hana bahwa kamar bayinya sudah penuh dan kamar Hana kosong. Ia menghasut dan mengejek Hana dengan sangat menyedihkan sehingga nafsu makannya menjadi mandul seperti rahimnya. Hati Hana menjadi sedih. Ia menangis tersedu-sedu. Ia sangat tertekan. Hana tidak memiliki anak.
Tahun demi tahun, Hana berdoa, tidak diragukan lagi seperti yang dilakukannya setiap hari, agar Tuhan mendengar doanya, membuka rahimnya, dan memberinya seorang anak. Namun tetap saja, Hana tidak memiliki anak.
Maka Hana melakukan hal yang sering kita lakukan dalam kesusahan dan keputusasaan yang mendalam. Hana mencurahkan isi hatinya di hadapan Tuhan. Ia bernazar. "Ya TUHAN semesta alam, jika Engkau sungguh-sungguh memperhatikan kesengsaraan hamba-Mu, mengingatku, dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi mengaruniakan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, aku akan mempersembahkan dia kepada TUHAN seumur hidupnya, dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya." (1 Sam. 1:11, AYT).
Ada sebuah ironi dalam perkataan Hana. Hana mandul, namun mulutnya penuh dengan kerendahan hati, doa, pujian, dan iman. Rahim atau kandungan Penina mungkin penuh, tetapi mulutnya tidak lebih dari sebuah lubang yang dangkal, kosong, dan sombong. Penina mungkin telah memiliki banyak anak, tetapi dialah yang sebenarnya mandul.
Ketika Hana terus berdoa, Eli, sang imam, melihat mulutnya menggumamkan kata-kata. Karena mengira ia seorang pemabuk, Eli mendekati Hana. Akan tetapi, Hana tidak mabuk. Ia sedang sedih. "Janganlah menganggap hambamu ini sebagai seorang perempuan berkelakuan jahat, sebab keluhan dan kesedihanku banyak hingga aku berbicara sampai sekarang." Kemudian Eli menjawab, "Pergilah dengan damai. Kiranya Allah Israel mengaruniakan kepadamu apa yang kauminta kepada-Nya" (1 Sam. 1:16-17, AYT).
Saya suka cara bagian cerita ini diungkapkan. Eli tidak tahu doa Hana dan hal yang telah membuatnya begitu menderita. Namun, ia mengatakan satu hal yang perlu didengar Hana: "Pergilah dengan damai." Menanggapi perkataan Eli, Hana mengucapkan kata-kata yang agak mirip dengan Maria. "Biarlah hambamu beroleh belas kasihan dalam pandanganmu" (1 Sam. 1:18, AYT).
Hana menerima damai sejahtera Tuhan pada hari itu di Silo. Meskipun ia tidak tahu cara doanya akan dijawab, ia telah menerima berkat dari Tuhan. Sekalipun rahimnya tetap tertutup, ia tahu bahwa telinga Tuhan selalu terbuka. Hana melanjutkan perjalanannya. Ia makan lagi. Dan, wajahnya tidak lagi bersedih.
Ketika kita pertama kali bertemu dengan Hana, kita mendapatinya sedang menunggu, bertanya-tanya, dan berdoa. Tidak diragukan lagi, ia mengajukan pertanyaan yang sama seperti kita semua ketika kita menantikan Tuhan. Mengapa? Berapa lama? Mengapa rahim saya tertutup? Berapa lama lagi saya tidak akan memiliki anak? Kita diberitahu dalam 1 Samuel 1 bahwa Tuhan telah menutup rahimnya, tetapi kita tidak diberitahu alasannya. Sama seperti kita tidak diberitahu alasan Bartimeus terlahir buta atau menara Siloam runtuh dan menewaskan 18 orang. Kita hanya diberitahu bahwa Tuhan mengingat Hana. Ketika Tuhan mengingat, Tuhan bertindak atas nama Hana.
Dalam belas kasihan-Nya, Tuhan membuka lebih dari sekadar telinga-Nya bagi Hana. "Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, istrinya, TUHAN mengingatnya. Tibalah waktunya kemudian, Hana mengadung lalu melahirkan seorang anak laki-laki. Dia menamainya Samuel, katanya: "Sebab, aku telah memintanya dari TUHAN." (1 Sam. 1:19-20, AYT).
Ketika semua tampak tanpa harapan dan tersesat, Allah sedang melakukan pekerjaan-Nya yang besar dan penuh kasih karunia, yang sering kali tersembunyi dari pandangan kita.
1 Samuel 2 selanjutnya mencatat Nyanyian pujian Hana, sebuah lagu indah yang penuh dengan pembalikan. Sebuah lagu yang penuh dengan belas kasihan Tuhan. Sebuah lagu yang, di masa depan, akan bergema di bibir Maria saat ia bersukacita di dalam Tuhan.
Kisah Hana dimulai dengan rasa sakit hati, tetapi berakhir dengan pengharapan. Ini bukan hanya kisah yang penuh dengan penderitaan yang luar biasa dari Hana, tetapi juga janji Tuhan yang lebih besar. Tuhan mengingat Hana. Tuhan membuka rahimnya. Tuhan memberi Hana seorang anak. Seorang anak laki-laki yang diberi nama Samuel. Seorang anak yang akan bertumbuh menjadi nabi dan imam yang menjadi pertanda bagi Anak Allah, nabi yang sejati dan imam besar yang agung. Seorang anak yang akan mengurapi Raja Daud dan menubuatkan kedatangan Raja yang lebih besar, yang akan menjadi Anak Daud, sekaligus Tuhan bagi Daud. Seorang anak yang namanya sendiri mengingatkan Hana, seperti halnya mengingatkan kita, bahwa Tuhan mendengar kita.
Kisah Hana adalah kisah tentang kasih karunia Tuhan yang tak terduga, tak terbayangkan, dan tak dapat dipercaya. Melawan segala rintangan, ketika semua tampak tidak ada harapan dan hilang, Tuhan melakukan pekerjaan-Nya yang besar dan penuh kasih karunia, yang sering kali tersembunyi dari pandangan kita. Allah melakukan karya-Nya yang terbesar dengan cara yang sederhana, rendah hati, dan tersembunyi: seorang anak laki-laki dalam rahim Hana yang mandul, seorang anak dalam rahim perawan Maria, seorang bayi laki-laki dalam palungan, Yesus yang disalibkan di kayu salib.
Kisah Hana adalah kisah tentang pembalikan yang luar biasa dari Allah. Tuhan mengubah perkabungan Hana menjadi tarian, kesedihannya menjadi sukacita, keputusasaannya menjadi pujian, kemandulannya menjadi kehidupan. Akhirnya, Hana memiliki seorang anak. Dan, hal yang Tuhan lakukan di dalam rahim Hana, Dia lakukan dalam skala kosmik yang besar dalam inkarnasi, penyaliban, dan kebangkitan Yesus. Allah menciptakan sesuatu dari ketiadaan. Allah menghidupkan dari kematian. Dari ketandusan kubur kita, Ia melahirkan ciptaan yang baru.
Maka, kisah Hana adalah kisah kita juga. Allah datang kepada orang-orang yang hina. Allah bergabung dengan kita dalam tangisan kita. Allah datang di tengah-tengah penantian kita, keheranan kita, dan pertanyaan "mengapa". Allah mungkin tidak menjawab doa kita dengan cara yang sama seperti Dia menjawab doa Hana, tetapi Tuhan yang sama yang mengingat Hana juga mengingat Anda.
Dan ketika Tuhan mengingat, Tuhan bertindak atas nama kita. Tuhan yang sama, yang mendengar doa Hana di Silo, telah lahir bagi Anda dengan telinga untuk mendengar doa-doa kita dan membawanya ke hadapan takhta Bapa. Tuhan yang sama yang membuka rahim Hana yang mandul dahulu kala telah membuka rahim Maria yang masih perawan untuk melahirkan kehidupan baru di dalam Anaknya, Tuhan kita, Yesus.
Tuhan yang sama yang memberikan Hana seorang anak telah memberikan kepada kita Anak-Nya yang Tunggal, Imanuel, Allah beserta kita.
Tuhan yang sama yang mengingat Hana juga mengingat Anda, mendengar doa Anda, dan berjanji untuk menyertai Anda dalam penantian Anda. (t/Jing-jing)
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | 1517 |
Alamat situs | : | https://www.1517.org/articles/waiting-with-hannah |
Judul asli artikel | : | Waiting with Hannah |
Penulis artikel | : | Sam P. Schuldheisz |
Tanggal akses | : | 28 Agustus 2023 |