Merayakan Natal di Rumah Sakit
Berulang kali Desi melihat ke jam dinding. Aaah, baru jam tiga petang. Tidak sabar rasanya menanti jam 17.30, saatnya ia dan Mama akan pergi ke kebaktian Natal di gereja. Menghadiri kebaktian natal sungguh menyenangkan: menyanyikan lagu "Malam Kudus", menyalakan lilin-lilin kecil dan mendengarkan khotbah. Sayang tahun ini papa Desi tidak bisa pulang untuk merayakan Natal. Papa Desi bekerja sebagai pelaut, jadi tidak bisa pulang untuk merayakan Natal setiap tahun.
Akhirnya Desi dan Mama berangkat ke gereja, Desi sudah memakai baju barunya dan membawa Alkitabnya. Mereka keluar dari gang kecil dan menuju jalan raya untuk mencegat taksi. Tiba-tiba saja sebuah sepeda motor oleng, lalu menyerempet seorang anak perempuan sebaya Desi yang baru turun dari bis bersama Mamanya.
"Niniii!" seru mama anak itu. Nini terjatuh, kakinya berdarah terkena sesuatu yang tajam. Mama dan Desi mendekati ibu dan anak itu. Mama cepat-cepat mengeluarkan tisu dan mencoba menyetop darah di kaki anak itu. Tetapi darah masih mengalir. Cepat-cepat Mama menghentikan taksi, lalu berdua dengan ibunya memapah anak itu masuk ke dalam taksi.
"Ma, kita tidak jadi ke gereja?" tanya Desi.
"Lihat saja nanti, Desi. Kita harus menolong Nini dulu," kata Mama yang tadi sempat mendengar nama itu disebut oleh ibunya. Aduuuh, Desi berharap mereka tidak akan lama di rumah sakit. Alangkah sedihnya kalau sampai tidak bisa ikut ibadah malam Natal.
Di ruang gawat darurat Nini ditolong, lukanya harus dijahit. Setelah itu dokter memberikan resep. Jadi, Mama membawa mereka ke apotik rumah sakit. Sambil menunggu obat dibuat, mama Desi dan mama Nini bercakap-cakap. Desi duduk menunggu dengan bosan, Nini pendiam sekali.
Ternyata ayah Nini sudah meninggal dua tahun yang lalu. Sejak itu mama Nini bekerja jadi tukang mencuci dan menyetrika di rumah-rumah orang. Pada hari Minggu mereka berjualan kue di halaman gereja yang jauh dari rumah mereka. Nini sering ingin ikut kebaktian, tetapi mereka ‘kan harus menunggui dagangan. Setelah usai kebaktian biasanya ada orang-orang yang membeli kue mereka. Setelah gereja sepi Mama dan Nini pulang. Untuk kembali lagi ke gereja dan ikut kebaktian sore, ongkos kendaraan mahal. Lagi pula mama Nini segan karena dia melihat orang-orang yang ke gereja tersebut pakaiannya bagus-bagus. Tetapi mama Nini tahu bahwa Tuhan Yesus mati disalib untuk menebus dosa-dosa manusia dan dalam hati mama Nini sudah percaya pada Tuhan Yesus.
Desi mencoba mengingatkan mamanya, "Ma, kita tidak jadi pergi ke gereja?" Ia mengusap-usap Alkitab kecil yang ada di pangkuannya.
"Sepertinya tidak bisa, Desi. Kita sudah terlambat. Tidak apa, besok ‘kan masih ada kebaktian dan perayaan Natal," jawab Mama.
Desi terdiam. Di luar hari mulai gelap. Benar-benar malam Natal yang menyedihkan. Papa tidak pulang, tidak ikut ibadah malam Natal dan entah jam berapa baru bisa keluar dari rumah sakit.
Tiba-tiba dua orang perawat lewat sambil membawa Alkitab, yang seorang gemuk dan seorang lagi kurus. Mereka melihat Desi sedang memangku Alkitabnya.
"Di aula rumah sakit ada kebaktian Natal. Mari, ikut kebaktian," ajak perawat yang gemuk dengan ramah.
Desi memandang mamanya dan berkata dengan semangat, "Ayo, Ma, kita ikut kebaktian di sini saja! Kita sudah terlambat ke gereja kita!"
"Bagaimana, ya? Kami masih menunggu obat," kata mama Desi. "Nini harus minum obat bila obatnya sudah jadi. "
"Ah, itu mudah. Ikut saja kebaktian. Nanti obatnya kami urus supaya diantar, sekalian dengan air minumnya," kata perawat yang kurus. Lalu ia menanyakan nama pasien dan pergi ke apotik.
"Kami tidak memakai baju bagus. Tadi kami habis mengantar kue pesanan, lalu Nini keserempet motor," kata mama Nini agak segan.
"Tidak apa, ini ‘kan darurat. Tuhan Yesus juga lahir di kandang. Tuhan Yesus tidak mempersoalkan baju bagus atau tidak. Para gembala pun menemui Yesus dengan baju sederhana." kata perawat yang kurus dengan ramah.
Akhirnya mama Desi, Desi, Nini dan mama Nini ikut kebaktian di aula. Walaupun jalannya masih agak pincang Nini tampak senang. Mereka duduk di tengah-tengah para perawat, dokter dan pasien-pasien lain. Tak lama kemudian seorang petugas apotik mengantarkan obat dan air minum. Nini pun meminum obatnya.
Khotbah disampaikan oleh seorang pendeta. Beliau berbicara tentang Tuhan Yesus yang turun dari surga dan menjadi manusia. Tuhan Yesus meninggalkan kemuliaan di surga. Ia menjadi manusia dan akan mengalami sakit, lelah, sedih, menghadapi berbagai kesulitan. Namun Ia rela karena Ia taat kepada Bapa-Nya dan Ia sangat mengasihi manusia. Tuhan Yesus menerima semua orang yang mau datang kepada-Nya. Ketika bapak pendeta menanyakan siapa yang mau percaya kepada Tuhan Yesus, Nini dan mamanya mengangkat tangan mereka, juga ada beberapa orang lainnya yang mengangkat tangan. Mereka maju ke depan dan didoakan. Saat itu Desi merasa Natal kali ini sangat istimewa da indah. Kata guru sekolah minggunya, bila ada satu orang bertobat, seribu malaikat di surga akan bersukacita.
Selesai kebaktian Natal pengunjung diberikan nasi kotak. Kemudian mereka berempat pulang naik taksi. Mama Desi mengantar Nini dan mamanya sampai ke rumah mereka. Besok mereka akan ikut kebaktian dan perayaan Natal di gereja Desi. Wah, tak sabar rasanya Desi ingin menceritakan semua pengalamannya kepada Papa jika malam nanti Papa menelepon. Memang, Natal selalu indah dan istimewa.
Oleh | : | Kak Widya |
Illustrasi | : | Kak Heru |
Sumber | : | Sekolah Minggu.Net |