Allah Tidak Akan Membiarkan Kita Sendiri
Tugas Renungan Natal (Indriatmo)
Ayat: Lukas 2:8-20. Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain, "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita." (Lukas 2:15)
Akhir tahun 2002 saya berangkat ke Jepang untuk melaksanakan perjalanan dinas. Itu adalah perjalanan yang berat karena harus meninggalkan istri di Indonesia yang sedang mengandung.
Setiap kali mendengar istri mengandung adalah merupakan beban tersendiri, karena kondisi kandungan istri yang lemah dan sebelumnya telah tiga kali kehamilannya gagal dan harus menjalani operasi kuret.
Pada kehamilan kali ini dokter memberi perhatian yang lebih ketat, dan sebelum berangkat melalui monitor USG saya bisa melihat jantung janin di dalam kadungan sudah berdetak dengan kuat dan kondisinya sehat.
Memang istri sudah sering saya tinggal saat saya harus melalukan perjalanan dinas ke luar negeri, tapi kali ini ada perasaan yang berbeda. Setiap hari saya menelpon untuk menanyakan kondisi kesehatan dan kehamilan istri di Indonesia, dan sejauh itu kondisinya baik-baik saja.
Di Jepang sendiri menginjak bulan Desember, semua pusat perbelanjaan dan hiburan mulai memasang hiasan-hiasan Natal. Lampu hias, pohon Natal, boneka-boneka Natal sampai orang berkostum sinterklas ada di mana-mana. Orang Jepang menulis kata Christmas dengan huruf Jepang Katakana sebagai: ku-ri-su-ma-su, yang adalah pelafalan dari kata Christmas dalam bahasa Inggris.
Udara sangat dingin menurut ukuran orang yang biasa tinggal di daerah tropis dan di beberapa daerah utara sudah mulai turun salju - membuat suasana Natal di negara ini menjadi lebih syahdu dibandingkan dengan dengan di Indonesia. Yang lebih sendu adalah bahwa Natal ini hanya merupakan atribut di pusat perbelanjaan, tetapi sangat sedikit umat Kristen yang merayakan karena sebagaian besar orang Jepang menganut agama Budha, dan agama Kristen tidak berkembang dengan baik.
Hanya sedikit orang Kristen di Jepang. Gereja yang ada hanya berisi belasan orang, dan yang setia hadir beribadah adalah orang-orang tua. Anak muda yang aktif ke gereja bisa dihitung dengan jari tangan.
Jika terlihat ada gedung gereja yang megah di tepi jalan, maka umumnya itu adalah gereja tempat melaksanakan "kekkon shiki" atau tempat upacara pernikahan - bukan gereja untuk beribadah kepada Tuhan setiap hari minggu. Gereja "sungguhan" umumnya terletak di tempat yang tidak strategis dan tidak mudah untuk mencarinya.
Itu semua membuat saya menjadi "homesick", karena bulan Desember di Indonesia selalu diisi dengan kegiatan yang padat untuk menyambut dan merayakan Natal. Juga Natal adalah saat seluruh keluarga besar dan para sahabat berkumpul melakukan reuni tahunan yang menggembirakan.
Tanggal 13 Desember 2002, saya menerima telpon dari istri di Indonesia, bahwa dia mengalami pendarahan - pergi ke rumah sakit menyopir mobil sendiri dan dokter mengatakan janinnya sudah tidak bisa diselamatkan. Hari itu juga istri menjalani operasi kuret untuk mengeluarkan janin dari kandungannya.
Berita itu membuat goncangan yang sangat luar biasa bagi saya, karena tidak bisa menunggui istri melewati saat-saat yang berat itu. Saya hanya bisa mendoakan dia melalui telpon dan memberikan penguatan semampu saya, sementara saya sendiri di sini tidak bisa berbuat apa- apa. Pikiran saya kosong dan saat itu saya merasa seorang diri di negara asing, menghadapi musibah di suana Natal yang membeku.
Pada saat itu saya mengirim email kepada teman pendeta gereja di Jepang, menceritakan beban pikiran yang saya hadapi dan meminta dukungan doa. Saya tetap meneruskan pekerjaan saya hari itu sampai selesai, karena memang saya tidak bia melakukan apa-apa lagi selain berdoa.
Malam hari, saya berjalan dengan gontai ke hotel - sambil pikiran kacau. Sedih yang tak terkatakan dan merasa sendirian.
Saat sampai di pintu hotel, ada suara yang menyapa saya keluar dari mobil, "Atmo san." Dari dalam mobil keluar Mario dan istrinya Miriam, dan mereka memeluk saya. Mereka mengatakan ikut bersedih dengan musibah baru saja saya hadapi.
Malam itu mereka datang menemui saya karena diberitahu pendeta di gerejanya yang telah menerima email dari saya. Dikatakan bahwa pendetanya tidak bisa datang karena ada keperluan yang tidak bisa ditinggal - sehingga mereka berdua yang datang.
Ada hal yang bagi saya luar biasa yaitu bahwa Miriam dan Mario itu orang Brazil keturunan Jepang, dan tinggalnya sekitar 200 kilometer dari hotel tempat saya menginap. Pada hari itu adalah ulang tahun Mario, dan dia bilang bahwa dia tidak ingin merayakan ulang tahunnya karena ingin menemani dan menghibur saya.
Mereka mengajak saya makan di luar, dan kehadiran mereka begitu menguatkan dan memberikan penghiburan bagi saya. Pada saat itu Miriam berkata bahwa dia juga bisa merasakan kepedihan yang saya alami karena dia pernah kehilangan bayi perempuannya yang meninggal setelah dilahirkan.
Saat itu saya merasakan bahwa Tuhan itu begitu mengasihi saya. Dia tidak membiarkan saya menanggung semuanya seorang diri. Dia telah mengirimkan orang asing yang tidak saya kenal sebelumnya, untuk menemani dan memberikan penghiburan kepada saya melewati hari yang berat di negara asing. Dan orang asing itu kemudian menjadi keluarga baru saya yang sangat dekat.
Dua ribu tahun yang lalu, pada saat Maria dan Yusuf ditolak oleh semua rumah penginapan dan harus tinggal serta melahirkan di kandang domba, ada perasaan kesendirian yang sama yang dialami oleh keluarga baru itu. Maria melahirkan bayi Yesus di tempat yang hina dalam keterasingan dan kesendirian.
Tetapi Allah Bapa tidak membiarkan mereka merasa seorang diri dan ditinggalkan. Tuhan, melalui para malaikat memberitahu para gembala untuk menyambut kelahiran bayi Natal. Begitu juga Tuhan meletakkan hikmat dalam pikiran orang majus dari tempat yang jauh untuk datang bersujud di depan palungan di Betlehem.
Pada saat itu Maria dan Yusuf, merasakan sukacita yang sempurna - karena mengetahui bahwa Tuhan tidak membiarkan mereka seorang diri. Walaupun dunia menolak kehadiran bayi Natal, tetapi Tuhan sudah menyiapkan penyambutan secara khusus yang sangat indah.
Seperti pada saat Kristus lahir, jika kita menghadapi pergumulan yang berat dan merasa menanggung semuanya seorang diri, kita harus percaya - bahwa Allah sekali-kali tidak akan membiarkan kita. Para gembala dan orang majus adalah orang asing yang diutus Tuhan secara khusus untuk menyambut kelahiran bayi Kristus di palungan yang sunyi. Begitu juga saat ini Allah bisa mengirimkan orang-orang yang tidak kita kenal sebelumnya untuk datang mengihibur dan menguatkan kita - karena Allah begitu peduli dan mengasihi kita. Dia tahu semua pergumulan kita, dan kuasa kasihnya tidak kurang ajaib untuk menjamah dan memulihkan kita.
PADA SAAT KITA MERASA SEORANG DIRI MENGHADAPI PERGUMULAN HIDUP INGATLAH BAHWA TUHAN SELALU ADA UNTUK MENEMAMI DAN MENGHIBUR
Judul: (Tidak dituliskan)
Teks Alkitab: Lukas 2:8-20
Nama Penulis: Indriatmo