Merespons Kabar Baik
Baca: Lukas 2:8-20
Yesus pernah berujar, "Orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih" (Luk. 7:47). Respons seseorang tergantung dari seberapa besar ia (merasa) telah menerima. Mari belajar dari para gembala bagaimana mereka merespons pernyataan kabar baik dari Allah.
Siapakah para gembala ini? Pada masa itu mereka termasuk orang-orang yang tersisihkan dan tidak dihormati oleh orang Yahudi, khususnya oleh para rabi Yahudi karena dianggap bodoh, tidak terdidik, suka mencuri anak domba, tidak jujur, dan melakukan pekerjaan yang najis. Maka mereka tidak boleh menghadiri ibadah di bait Allah dan bersaksi dalam pengadilan. Tidak heran mereka sering berpindah-pindah dan memilih tinggal bermalam di padang belantara bersama ternak mereka. Namun demikian, Allah berkenan menyatakan anugerah dengan menyampaikan berita Natal, pertama-tama kepada mereka.
Bagaimana mereka merespons kabar baik itu? Mula-mula takut, tetapi kemudian berubah menjadi menjadi sukacita. Mula-mula merasa terasing dan tidak berarti, lalu menjadi hidup penuh arti dan damai sejahtera. Bahkan mereka bergegas pergi ke Betlehem untuk menemukan bayi Yesus dengan tanda pengenalnya. Menemukan Yesus telah mengubah hidup mereka secara luar biasa, dan telah mendorong mereka menaikkan rasa syukur mereka dan menceritakan kabar baik itu kepada orang lain agar mereka juga boleh mengalami sukacita dan damai sejahtera tersebut (17-18).
Sikap hati seperti apa yang perlu dimiliki oleh orang percaya untuk merespons kabar baik yang telah mengubah hidup berdosa jadi hidup bermakna dalam Kristus? Teladanilah empat orang kusta yang tercatat di 2 Raja-raja 7:3-11, "Tidak patut yang kita lakukan ini. Hari ini ialah hari kabar baik, tetapi kita ini tinggal diam saja. Apabila kita menanti sampai terang pagi, maka hukuman akan menimpa kita" (9). Sudahkah Anda merespons kabar baik hari ini dengan memberitakan Yesus kepada orang yang membutuhkan?