Membantu Anak-anak Anda Melihat Injil pada Hari Natal
Setelah maraton Natal yang panjang, saya dan suami saya sering duduk di tengah-tengah tumpukan kertas kado dan remah-remah kue, bertanya-tanya apakah anak-anak kami mendengar sesuatu, menangkap sebagian dari pesan Yesus. Kami sering merasa seperti sedang bermain tarik ulur dengan makna musim ini:
Tarik: Natal adalah tentang bagaimana Yesus datang untuk menyelamatkan kita.
Ulur: Tapi, oooh, lihat! Lampu-lampu yang berkilauan dan kue-kue yang harus dipanggang!
Tarik: Fokus pada Yesus! Duduklah dengan tenang sementara kita membaca Matius 1-2.
Ulur: Kamu berhasil! Kamu akhirnya bisa membuka kado!
Membagikan Injil kepada Anak-anak
Natal adalah tentang Yesus yang merendahkan diri-Nya dan datang sebagai bayi untuk membawa penebusan bagi manusia. Tidak ada waktu yang lebih baik untuk menceritakan kisah kasih karunia Kristus dalam hidup kita selain saat Natal. Namun, bagaimana anak-anak kita dapat mendengar kita di tengah-tengah semua suara lain yang berteriak-teriak meminta perhatian mereka?
Natal terlihat berbeda di setiap keluarga. Dengan mengingat hal tersebut, berikut ini adalah beberapa prinsip yang dapat membantu Anda untuk mulai berpikir tentang bagaimana membuat Injil bersinar paling terang bagi anak-anak Anda pada musim ini.
1. Gunakan Pengingat yang Konkret
Anak-anak sangat suka melakukan sesuatu secara langsung. Semakin banyak mereka dapat menyentuh, melihat, merasakan, dan mengalami kisah Injil, pribadi Yesus semakin nyata bagi mereka dan semakin mereka mengaitkannya dengan masa Natal.
Keluarga kami makan malam dengan penerangan lilin selama sebulan menjelang Natal. Pada tanggal 1 Desember, kami menyalakan satu lilin. Malam berikutnya, kami menyalakan dua lilin. Kami menambahkan satu lilin lagi setiap malam, meskipun yang kami makan hanyalah roti lapis keju panggang. Sejujurnya, terkadang saya berpikir bahwa semakin sederhana makan malam itu, semakin banyak remah-remah di atas meja, semakin banyak tumpahan dan interaksi manusiawi dalam keluarga kami, semakin banyak lilin yang menyoroti kekacauan yang indah, yang disatukan oleh kedatangan Yesus.
Pada pagi hari tanggal 25 Desember, meja saya terlihat seperti terbakar dengan semua lilin itu! Namun, ini adalah pengingat yang kuat dan nyata tentang bagaimana dunia telah berubah dari kegelapan menjadi terang berkat kedatangan Yesus. Bahkan anak yang masih kecil pun dapat memahami perbedaan antara gelap dan terang. Ditambah lagi, ini adalah keajaiban: makan di bawah cahaya lilin memberikan rasa geli, kesenangan, momen keajaiban yang sulit dipahami yang sering kita cari di hari libur. Saat kami makan, suami saya membacakan renungan atau cerita yang mengungkapkan kebutuhan kami akan Yesus.
2. Membangun Tradisi yang Sudah Ada Saat Membagikan Injil kepada Anak-anak
Tradisi apa yang sudah kami lakukan sebagai sebuah keluarga, yang sudah dikenal oleh anak-anak kami? Kami tiba di hari ulang tahun, yang, dalam keluarga besar, sangat istimewa. Seluruh hari berpusat pada anak itu -- baik makanan maupun setiap aktivitasnya. Demikian juga pada hari kami merayakan kelahiran Kristus, wajar jika semua persiapan, semua fokus, tertuju pada-Nya.
Ketika anak-anak kami berulang tahun, kami menyambut mereka dengan bernyanyi dan kemudian kami makan pagi bersama. Jadi pada pagi Natal, saya menyiapkan sarapan besar untuk menghormati Yesus. Kami menyalakan semua lilin dan menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun. Sama seperti antisipasi yang dibangun untuk ulang tahun anak-anak kami selama berminggu-minggu, kadang-kadang berbulan-bulan sebelumnya -- membuat daftar dan bermimpi -- demikian juga antisipasi untuk Natal dibangun sepanjang bulan.
3. Memberi dengan Murah Hati
Alih-alih bertukar hadiah saat Natal, keluarga kami mengambil uang yang seharusnya kami belanjakan untuk satu sama lain, dan kami berikan kepada Yesus dalam bentuk hadiah atau sumbangan. Kemurahan hati adalah cara kita dapat membagikan Injil kepada anak-anak kita. Suami saya dan saya memberikan anak-anak sejumlah uang dan kami mendiskusikan bagaimana cara membelanjakannya. Kami memiliki waktu satu bulan penuh untuk berdoa, melakukan riset, dan belajar tentang berbagai organisasi amal dan misi. Saya selalu terkejut dengan cerita-cerita yang menarik perhatian anak-anak saya dan menyentuh hati mereka. Biasanya, kami akhirnya membagi hadiah kami di antara beberapa pilihan ... dan saya menyuruh anak-anak menghitungnya!
Kami memberikan uangnya langsung di meja di tengah-tengah sirup yang menetes dan remah-remah daging asap. Selain itu, kami juga membiarkan anak-anak terlibat dalam menulis cek, mengklik "Kirim Pembayaran", atau memasukkannya ke dalam kantong persembahan di gereja. Kami ingin mereka memiliki rasa kepemilikan yang kuat dalam pemberian persembahan ini. Mereka berkorban, menyangkal diri mereka sendiri, untuk memberi. Dan seperti yang dikatakan oleh pendeta kami, Matt Mason, "Kemurahan hati menunjukkan bahwa kisah Injil meresap."
Membatalkan hadiah Natal mungkin bukan cara yang Anda pilih untuk bermurah hati. Maksud saya di sini bukan untuk menyoroti pilihan kita, tetapi untuk menginspirasi Anda untuk mempertimbangkan pendekatan Anda terhadap hadiah dalam keluarga Anda sendiri. Semuanya tergantung bagaimana Anda menjelaskannya, bagaimana Anda menyampaikan niat Anda. Intinya adalah pilihan untuk berkorban dalam nama Yesus.
4. Tetap Setia
Setelah membaca poin sebelumnya, Anda mungkin bertanya-tanya, apakah ini berarti anak-anak kita tidak mendapatkan apa-apa saat Natal? Tidak.
Kami tidak ingin praktik keluarga kami berdampak negatif terhadap keinginan keluarga lain untuk memberikan hadiah sebagai ungkapan kasih mereka kepada Yesus. Kami memiliki anggota keluarga besar yang senang kami belanjakan, dan kami menerima hadiah dari mereka dengan sukacita. Dan ya, putra bungsu saya telah mengetahui nuansa ini dan membuat daftar keinginan Natal untuk Nenek dan Kakek tahun ini. Ahem. Dia mungkin belum sepenuhnya memahami pesannya. Namun, semoga, dia akan mengerti.
Dan itu, para ibu dan ayah yang lelah, adalah intinya. Tidak peduli bagaimana Anda membentuk pesan, bagaimana Anda merayakan hari raya, berapa banyak hadiah yang Anda berikan, berapa banyak karangan bunga adven yang Anda nyalakan, tetaplah menyanyikan lagu Yesus, lagu Injil, kasih karunia, dan penebusan. Karena Dia yang setia menyelamatkan kita, juga setia menghormati usaha kita yang lemah untuk menyampaikan kebenaran, memberikan terang, dan memuridkan anak-anak kita.
Jadi, tetaplah di jalur yang benar, wahai para orang tua! Teruslah menceritakan kisah Yesus dan membagikan Injil kepada anak-anak Anda. Janganlah menjadi lelah dalam mengikatkan tali-tali Injil itu pada setiap tradisi dan memanfaatkan setiap momen yang dapat diajarkan selama liburan.
Pengharapan sudah dekat.
(t/Jing-jing)
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | Radical |
Alamat situs | : | https://radical.net/article/helping-your-children-see-the-gospel-at-christmas/ |
Judul asli artikel | : | Helping Your Children See the Gospel at Christmas |
Penulis artikel | : | Lora Fanning |
Tanggal akses | : | 27 Juli 2023 |