Palungan, Tanda bagi Kelompok yang Tersingkir
Oleh: Erick Sudharma
"Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi ... terbaring di dalam palungan" (Lukas 2:11-12).
"Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan" (Lukas 2:16).
Setiap orang tua pasti ingin anaknya dilahirkan di tempat yang terbaik, dengan pertolongan dokter dan perawat yang cakap, serta dengan pelayanan yang sip, memuaskan. Kalaupun akhirnya buah hati mereka harus dilahirkan di tengah-tengah kemiskinan penanganan dan fasilitas medis, itu karena terpaksa, karena mereka tidak sanggup membayar biaya bersalin yang sangat mencekik di rumah sakit.
Namun, Alkitab menyaksikan bahwa Bapa dari semua orang tua, Sang Khalik, justru memilih kandang binatang sebagai tempat kelahiran Putra Tunggal-Nya, Yesus Kristus. Di sana, palungan - tempat makan binatang, yang jelas sangat kotor, sarang penyakit - menjadi area yang paling bersih untuk membaringkan Sang Bayi Suci! Padahal, dengan kekayaan dan kedaulatan-Nya, Ia bisa memilih tempat bersalin yang jauh lebih baik, lengkap dengan ranjang yang bersih, tenaga medis yang terampil, dan pelayanan yang memuaskan.
Mengapa Allah melakukan hal itu? Pasti bukan karena terpaksa!
Memang, Alkitab menyaksikan bahwa mandat sensus dari sang kaisarlah yang membawa pasangan Yusuf dan Maria ke Betlehem, kota leluhur Yusuf (Luk. 2:1-5). Alkitab juga menyaksikan, bahwa Maria "terpaksa" melahirkan buah hatinya di kandang binatang dan membaringkannya di palungan, karena "tidak ada tempat bagi mereka di penginapan" (ay. 7b). Namun, peristiwa penampakan malaikat Tuhan di hadapan para gembala di Padang Efrata, juga berita menggemparkan yang disampaikannya, menegaskan bahwa dilahirkannya sang putra Maria di kandang domba bukan terutama disebabkan oleh faktor-faktor manusia - mandat kaisar dan penginapan yang penuh. Tetapi terutama karena faktor ilahi. Allah sendiri yang menghendaki dan dengan sengaja membawa Yusuf dan Maria ke kandang binatang untuk melahirkan putra mereka. Semua faktor manusia tadi - mandat kaisar dan penginapan yang penuh - cuma unsur-unsur dari skenario ilahi yang luar biasa, yang menciptakan drama palungan dengan makna yang tiada tara!
Mengapa Allah memilih kandang binatang sebagai tempat kelahiran Putra Tunggal-Nya? Pasti bukan karena iseng!
Jawabannya terletak pada ucapan sang malaikat kepada para gembala: "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi ... terbaring di dalam palungan" (ay. 11-12).
Kata kuncinya adalah "bagimu". "Hari ini telah lahir bagimu ...." "... inilah tandanya bagimu:.... Bagi para gembala. Dengan kata lain, para gembala adalah alasan Allah memilih kandang binatang sebagai tempat kelahiran Putra Tunggal-Nya! Supaya mereka sadar, bahwa bayi yang dilahirkan Bunda Maria benar-benar dilahirkan untuk mereka - para gembala -, Allah memilih kandang binatang sebagai tempat kelahiran-Nya!
Ceritanya tentu lain jika Sang Bayi dilahirkan di istana raja, atau di rumah sakit bersalin, atau di penginapan. Para gembala adalah kelompok yang tidak memiliki tempat dalam kelas sosial mana pun dalam masyarakat Yahudi. Mereka adalah kelompok yang tersingkir, dipandang sama seperti pencuri, perampok, dan orang-orang berdosa lainnya. Karena itu, sespektakuler apapun peristiwa kelahiran di tempat-tempat tersebut -- istana raja, rumah sakit bersalin, atau penginapan -- , itu tidak berarti apa-apa bagi mereka. Itu bukan urusan mereka. Bayi yang dilahirkan di istana raja adalah tanda bagi keluarga kerajaan. Bayi yang dilahirkan di rumah sakit bersalin adalah tanda bagi keluarga terhormat. Bayi yang dilahirkan di rumah biasa, seperti penginapan, adalah tanda bagi keluarga sederhana atau kebanyakan. Semua itu bukan tanda bagi mereka, kelompok yang tersingkir dari masyarakat!
Bayi Yesus lain. Dia dilahirkan di kandang binatang. Ini adalah tanda bagi kelompok yang tersingkir! Ucapan sang malaikat menegaskannya: "Inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
Dengah menjangkau sampai pribadi-pribadi yang tersingkir dalam peradaban dunia, peristiwa Natal menjadi sangat berarti untuk semua orang. Sebelumnya, sang malaikat berkata kepada para gembala, "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa" (ay. 10). Peristiwa Natal adalah berita yang sangat menggembirakan bukan cuma bagi keluarga kerajaan. Bukan cuma bagi keluarga terhormat. Bahkan, bukan cuma bagi keluarga sederhana atau kebanyakan. Tetapi "untuk seluruh bangsa"! Bagi semua orang! Termasuk mereka yang tersingkir dari masyarakat -- para gembala, pencuri, perampok, dan para pendosa lainnya!
Di ujung perenungan ini, saya teringat kepada para pengamen di perempatan-perempatan jalan, para napi di rutan-rutan, para preman di sudut-sudut kota, para pelacur di gedung-gedung nista .... Dan saya bertanya-tanya, bagaimana saya bisa memberitakan palungan, tanda bagi kelompok yang tersingkir, kepada mereka?
Diambil dan disunting dari: | ||
Judul buku | : | Harta Karun Natal |
Penulis | : | Erick Sudharma dkk |
Penerbit | : | Penerbit Mitra Pustaka & Literatur Perkantas Jawa Barat, Bandung 2005 |
Halaman | : | 119 -- 123 |