Satu palungan, segenggam jerami
Satu gua, palungan, segenggam jerami, dua ekor binatang; keledai dan sapi. Itulah waktu, tempat dan keadaan yang dipilih oleh Penyelenggaraan Ilahi untuk memulai tarikh kristiani. Seorang ibu yang miskin, bapa yang saleh, kain lampin yang murah, seorang Anak kecil, kandang, palungan. Kita berada di tengah-tengah musim dingin dan di tengah malam.
Jika kita merenungkan semua kemiskinan itu dan ingat bahwa Bayi itu Terang Dunia, kita tentu bertanya pada diri sendiri: apakah kita hingga sekarang menyadari -atau setidaknya sedikit mengerti- betapa pentingnya kebajikan kemiskinan untuk kehidupan kristiani kita? Tanpa kebajikan itu kita tidak dapat memasuki Kerajaan Allah.
Jika kita tinggal sejenak di dalam gua Kelahiran Betlehem, kita akan belajar tentang kebajikan lainnya: ketidakterikatan -yang berarti kita menginginkan menjadi miskin sejauh mungkin kita menjadi sungguh-sungguh miskin- dan kita dapat merasakan berkat kemiskinan, 'Berbahagialah, hai kamu yang miskin karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. (Luk 6:20)' Hati yang tidak terikat dari harta duniawi membanjiri jiwa dengan kedamaian dan mengajarkan kita agar kekayaan yang kita miliki dipakai dengan baik. Dengan demikian berkembanglah kebajikan murah hati. Selain itu, ketidakterikatan memberikan kita ketenangan hati; yang merupakan kebebasan batin yang sempurna.
Jika kita memalingkan pandangan kita dari palungan ke arah bukit terdekat, para gembala akan menarik perhatian kita karena kesederhanaan mereka. Mereka itu orang-orang sederhana, rendah hati dan miskin. Di sana mereka melakukan kewajibannya, menjaga domba-domba mereka. Karena itu mereka yang pertama-tama mendengar Kabar Gembira dan karena itulah mereka yang pertama-tama menyembah Putera Allah. Pilihan yang diambil Allah selalu tergantung pada kehadiran kebajikan-kebajikan pada jiwa-jiwa yang memancarkan keharuman khas Injil.
Marilah kita memperbaiki kehendak kita di sini, di depan gua Natal Betlehem dan membuat niat sungguh-sungguh baik siap mengabdi Tuhan dengan setia. Karena jika kita mampu menjadi jiwa-jiwa yang sederhana dan orang-orang yang berkehendak baik dengan bantuan Terang dari Betlehem, kita akan ikut menikmati keagungan hari ini 'ketika dinyatakan kemurahan Allah, Juruselamat kita dan kasihNya kepada manusia. (Tit 3:4)'. Semoga Sang Perawan dari Betlehem, Bunda Kristus mengajarkan kepada kita bagaimana kita menjadi baru secara batiniah dan mengerti dan menikmati kebaikan dan kemurahan hati Sang Juruselamat, Kristus yang telah dilahirkan.