Selamat Hari Natal
Apakah Natal Itu?
"Natal" artinya lahir. Jadi perayaan Hari Natal adalah perayaan hari kelahiran (kehadiran Tuhan dalam rupa manusia) Yesus di dunia. Kata Natal tidak terdapat dalam Alkitab, tetapi kelahiran Yesus, Anak Allah, Anak Manusia dan, Firman, sudah dinubuatkan oleh para nabi, 700-an tahun sebelum digenapi. Nabi Yesaya bernubuat "telah" lahir padahal masih 700 tahun ke depan. Bukan saja kelahiran-Nya, bahkan siksa dan kematian-Nya pun dinubuatkan dengan detail yaitu memakai kata-kata "diremukkan" (was bruised). Nabi Zakharia pun bernubuat tentang kendaraan yang dipakai Yesus, yaitu keledai.
Kenapa Yesus Harus Lahir di Dunia?
Mari melihat urut-urutannya sebagai berikut.
Tuhan mengasihi manusia yang diciptakan-Nya. Itulah sebabnya, manusia ditempatkan dalam taman Eden yang nyaman. Lalu, manusia jatuh ke dalam dosa dan semakin hari semakin berdosa, sampai pada satu kesimpulan "tidak satu pun manusia yang benar" (Roma 2:12), yang terburuk adalah vonis "upahnya adalah maut" (Roma 6:23). Apabila Tuhan ingin mengampuni manusia, kenapa tidak dilakukan-Nya dari Surga mulia, tanpa datang ke dunia. Kenapa Tuhan dalam rupa Yesus harus turun ke dunia lalu mati disalibkan, bangkit, dan naik kembali ke surga?
Di sinilah Rahasianya, Tuhan yang Kita Sembah Itu.
Kejadian 1:28, "Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka, Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Kejadian 2:17, "tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." Di dalam kedaulatan-Nya, Tuhan sangat elegan, menjaga wibawa-Nya dengan kokoh dan teguh serta bermain cantik. Kemuliaan-Nya terjaga.
Ulangan 7:9, "Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan."
Dari ketiga nas di atas, betapa berat jalan keluar yang harus dilakukan agar manusia itu selamat.
1. Manusia diberkati.
2. Manusia berdosa dan harus mati.
3. Tuhan berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya.
Pernyataan "berpegang pada perjanjian-Nya" bukanlah slogan, perhatikan Ibrani 6:13, "... Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri ...", Ibrani 6:13:17, "... Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah, ..." Itu adalah hal yang luar biasa. Pernahkah Anda bersumpah atau mengikat diri untuk memberi hadiah tahunan kepada pembantu di rumah? Ooh, siapakah kita ini yang Tuhan hargai sedemikian tinggi? Apakah kita patut untuk tidak setia?
Untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan akibat dosa, akankah Tuhan dengan kuasa-Nya berkata dari surga mulia itu, "Dengan ini hai manusia yang telah berdosa dan harus mati, sekarang Aku mengampuni dosa-dosamu dan kamu pun selamatlah." Atau pertanyaannya, dapatkah Tuhan melakukan itu? Walaupun dalam kemahaan-Nya Dia bisa, Tuhan tidak akan melakukan itu karena Tuhan tidak akan membenarkan manusia dengan cara-cara yang tidak benar. Tuhan harus menebus manusia, yang seharusnya binasa. Dia tidak menebus dari iblis, melainkan menebus dari diri-Nya sendiri, dari hukum keadilan-Nya. Tuhan hadir ke dunia, dalam rupa manusia dengan sebutan Anak Allah (perhatikan Allah tidak beranak, sebagaimana kata anak kunci, anak desa, kunci atau desa tidak beranak walaupun disebut anak kunci).
Yesus menggatakan manusia di atas kutuk kayu salib, menggantikan darah domba penebus dengan darah-Nya. Sekali untuk selama-lamanya. Galatia 3:13, Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis, "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib."
Ibrani 9:12, "dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal."
Jadi, Tuhan dalam insan Yesus datang ke dunia menebus manusia dari kematian kekal. Manusia selamat dan wibawa Tuhan sebagai yang berpegang pada perjanjian-Nya tidak ternoda. Walaupun hari penebusan (kematian dan kebangkitan) adalah hari penyelamatan, namun manusia patut juga merayakan hari kedatangan Yesus yaitu hari Natal.
Bagaimanakah Kita Harus Merayakan Natal?
Kita bersyukur atas penebusan oleh Yesus. Sebagai jemaat gereja, seluruh umat percaya merayakannya dengan penuh sukacita. Rangkaian perayaan itu adalah ibadah bersama di gereja-gereja, doa ucapan syukur di rumah-rumah, menaikkan nyanyian puji-pujian, membuat tanda kemeriahan dengan pohon terang, saling mendoakan dan saling mengucapkan "Selamat Hari Natal", baik ketika bertemu sesama saudara seiman maupun dengan saling berkirim ucapan selamat. Janganlah merayakan Natal dengan cara-cara yang tidak layak dengan memuliakan diri sendiri, mendukakan hati Tuhan, memuaskan diri sendiri dengan pesta yang sia-sia, petasan atau meriam bambu, dan bermabuk-mabukan dengan minuman keras yang mengundang amarah tetangga. Adalah tidak patut merayakan kelahiran Kristus dengan mabuk lalu muntah, lalu terkapar di halaman atau di parit-parit. Rayakanlah dengan ibadah yang khusuk tetapi dengan sukacita. Serukanlah nama Yesus yang dirayakan itu dalam pujian dan doa. Janganlah merayakan dengan formalitas seperti perayaan di kantor-kantor demi menjaga hubungan dengan para undangan atau pejabat yang tidak seiman, sehingga dalam ibadah atau perayaan enggan menyebut nama Yesus yang dirayakan itu.
Marilah merayakannya dengan benar. Mulai dengan berdamai dengan diri sendiri (jangan ada konflik batin), berdamai di rumah dengan anak-anak, dengan istri, seisi rumah, dan dengan saudara. Di gereja berdamai dengan sesama pengerja. Semakin sering kita merayakan Natal, semakin sering kita percaya bahwa Yesus lahir di dunia untuk menebus kita dari kematian kekal. Lalu, kita pun percaya akan kedatangan-Nya yang kedua kali kelak. Karena percaya, kita pun akan semakin percaya dan setia (trust and obey) kepada Tuhan Yesus serta bersiap diri menyambut kedatangan-Nya yang kedua.
Selamat Natal, Tuhan Yesus memberkati.
Diambbil dari:
Judul buletin | : | TABUR, No. 002 -- 2008 |
Judul artikel | : | Selamat Hari Natal |
Penulis | : | Albiden Hutagaol |
Penerbit | : | Tidak dicantumkan |
Halaman | : | 4 -- 6 |
Dipublikasikan di: e-JEMMi 50/2009