Tuhan Berulang Tahun di Kayu salib
Oleh: Erick Sudharma
"Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Markus 1O:4-5)
Apa arti sebuah tangga1 25 Desember? Bagi keluarga kami, banyak. Yang pertama, jelas, itulah hari Natal. Saat mengingat dan merayakan peristiwa kelahiran Juru Selamat dan Tuhan kami Yesus Kristus.
Yang kedua, itu juga hari kelahiran putri kami yang kedua. Namanya, Kristi Asteria. Artinya, Bintang Kristus. Nama itu mengabadikan harapan kami, kiranya kehadirannya di tengah-tengah dunia ini mengulang kembali kisah sang bintang Natal yang mengantar manusia berjumpa Sang Juru Selamat.
Yang ketiga, 25 Desember juga berarti hari ulang tahun Oma kami yang tercinta. Kami memanggilnya Oma Odjo. Karena tinggalnya di Jalan Petodjo Sabangan, di daerah Cideng Timur, Jakarta Pusat.
Apa saja kesamaan antara kelahiran Oma kami dan kelahiran Kristus? Pertama, kedua peristiwa itu sama-sama terjadi di dunia ini - yang satu di Bogor, yang lain di Betlehem. Selanjutnya, keduanya sama-sama dirayakan pada tanggal yang sama setiap tahunnya - 25 Desember. Dan terakhir, keduanya sama-sama misterius - kapan pastinya kedua peristiwa itu terjadi tidak ada yang tahu!
Sampai hari ini, tak satu pun dari anak-anak, cucu-cucu, dan cicit-cicit Oma yang mengetahui secara pasti kapan tanggal dan tahun sebenarnya dari kelahiran Oma. Pasalnya, bahkan Oma sendiri pun nggak tahu! Cuma Allah yang tahu! Demikian juga dengan Juru Selamat dan Tuhan kita Yesus Kristus. Tak seorang pun tahu secara pasti kapan sebenarnya Ia dilahirkan!
Beberapa penelitian akhir yang sangat teliti, mendalam, luas, dan bertanggung jawab dari para sarjana Alkitab menempatkan peristiwa kelahiran Kristus pada musim semi tahun 5 SM. Tepatnya, antara tanggal 9 Maret sampai 4 Mei, atau secara lebih khusus pada hari-hari di sekitar Hari Raya Paskah orang Yahudi, yaitu antara tanggal 13 sampai 27 April.
Mungkin ada yang langsung berpikir, kalau begitu mengapa kita tidak ubah saja tanggal peringatan Natal, dari 25 Desember menjadi, misalnya, 25 April? Menurut saya, tidak perlu! Mengapa? Karena semua tanggal yang diajukan oleh para sarjana biblika tersebut, betapapun meyakinkan, barulah sebatas hipotesa. Perkiraan. Masih terbuka untuk diteliti lebih lanjut kebenarannya. Alias, belum final. Jadi, menurut saya, kita tidak perlu memusingkannya! Lagipula, apa artinya tanggal peringatan sebuah peristiwa penting ketimbang pentingnya peristiwa yang diperingati tersebut?
Beberapa orang Kristen lainnya mungkin berpendapat, karena tanggal pastinya tidak diketahui, ketimbang nebak-nebak, tidak perlu kita memperingatinya. Apalagi Alkitab sendiri tidak memerintahkannya! Menurut saya, pandangan seperti ini juga salah - ekstrim dan ... justru tidak alkitabiah! Memang, tanggal pasti dari kelahiran Tuhan tidak diketahui. Memang, Alkitab sendiri tidak memerintahkannya. Tapi ingat, Natal tetap kisah nyata. Bukan dongeng. Alkitab merekamnya! Lagipula, dengan mencatatnya dalam lintasan waktu, bukankah Alkitab sendiri mengajak kita untuk mengingatnya? Mensyukurinya?
Seperti halnya Oma kami. Tanggal dan tahun kelahirannya sampai sekarang tetap misterius. Seingat saya, Oma juga nggak pernah meminta kami - anak-anak, cucu-cucu, dan cicit-cicitnya - untuk merayakan kelahiran beliau. Namun, kelahirannya tetap kisah nyata. Buktinya, beliau dan kami ada! Dan, sekalipun Oma tidak pernah memintanya, keberadaan kami dan sentuhan cinta-kasihnya selama ini senantiasa menggerakkan hati kami untuk mengingatnya. Mensyukurinya!
Benar, Natal tetap penting untuk kita anak-anak Allah peringati. Bagi saya sendiri Natal adalah kesempatan khusus untuk mengingat, menjiwai, dan menghidupi kembali semangat yang berdiri di balik peristiwa agung tersebut. Semangat yang membawa Sang Anak Allah dari surga ke Betlehem, dari Betlehem ke Golgota, dan dari Golgota kembali ke surga. Semangat yang diserukan-Nya kepada murid-murid-Nya kala mereka berlomba meraih singgasana dunia: "Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Mrk 163 10:45). Itulah semangat Natal. Semangat mengurbankan hidup supaya orang lain beroleh hidup!
Jika benar hipotesa para sarjana Alkitab, bahwa Kristus dilahirkan pada hari-hari di sekitar Hari Raya Paskah orang Yahudi, berarti Ia disalibkan pada hari-hari di sekitar hari ulang tahun-Nya! Bagi saya, hal itu justru menjadikan kisah Natal semakin agung dan perlu untuk diperingati. Bayangkan, di ujung hidup-Nya Tuhan kita berulang tahun di kayu salib!
Saya pernah mendengar seorang pendeta berkata, bahwa Natal tidaklah sepenting Paskah, karena itu kita tidak perlu memperingati. Bukankah Natal tidak ada artinya sama sekali tanpa Paskah? Kelahiran Kristus tanpa kebangkitan-Nya? Betul sekali. Tapi, tunggu dulu! Bukankah juga sebaliknya, Paskah tidak akan pernah terjadi tanpa Natal? Kebangkitan Kristus tanpa kelahiran-Nya? Bukankah kenyataan bahwa kedua peristiwa itu sama-sama dicatat di Alkitab menunjukkan bahwa keduanya sama-sama diperingati dan disyukuri oleh gereja? Bahwa keduanya sama-sama penting? Apalagi jika dikaitkan dengan hipotesa para sarjana Alkitab tentang tanggal kelahiran Sang Juru Selamat. Ternyata, Natal berhimpit dengan Paskah. Karena Kristus berulang tahun di kayu salib! Menjelang Paskah!
Biasanya, di hari ulang tahun saya, saya mendapat banyak sekali hadiah. Namun, tidak demikian dengan Kristus. Kurang lebih dua ribu tahun yang lalu, pada hari ulang tahun-Nya, di puncak Golgota, Ia tidak mendapat hadiah dari satu manusia pun. Sebaliknya, Ia memberikan hadiah terbaik dan termahal kepada banyak manusia. Diri-Nya sendiri sebagai tebusan bagi para pendosa! Terbaik dan termahal. Mengapa? Karena itulah tujuan kedatangan-Nya. Itulah semangat-Nya!
Natal senantiasa pantas diperingati dan disyukuri! 25 Desember harus tetap dikhususkan sebagai hari peringatan kelahiran Kristus!
Akhir kata, selamat memperingati Natal. Selamat mengingat, menjiwai, dan menghidupi kembali semangat Natal. Selamat mengurbankan hidup supaya orang lain beroleh hidup! Selamat memikul salib!
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buku | : | Harta Karun Natal |
Penulis | : | Erick Sudharma dkk |
Penerbit | : | Penerbit Mitra Pustaka & Literatur Perkantas Jawa Barat, Bandung 2005 |
Halaman | : | 159 -- 165 |